Sabtu, 04 Februari 2012

contoh makalah jogja


LAPORAN HASIL STUDI TUR YOGYAKARTA


Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas ujian praktik bahasa Indonesia
tahun ajaran 2011 / 2012



























Disusun oleh:
                                                Nama   : Arif X Sandhy
                                                Kelas   : XII IPA-3
                                                NIS      : 091010172


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BALARAJA
TANGERANG
2011/2012
Disetujui dan disahkan pada tanggal … januari 2012
oleh:





Pembimbing,



Drs. Rakhmat Rasyidi
                                                      NIP. 130799372





Diketahui,

Kepala SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang



Drs.Eeng suherman
        NIP. 195610021982031003








KATA PENGANTAR

Saya memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan inayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Laporan Hasil Studi Tur Yogyakarta.

Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011 / 2012. Pembahasan makalah ini berisi tentang keterangan - keterangan mengenai objek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar.
                                                     
Dalam penyusunan isi makalah ini saya mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1)      Bapak Drs.Eeng Suherman selaku kepala SMA Negeri 1 Balaraja;
2)      Bapak Drs. Rakhmat Rasyidi, selaku pembimbing makalah;
3)      Ayah dan Ibu beserta keluarga yang telah memberikan banyak dukungan baik moral maupun material;
4)      Aldho Febri Sanjaya serta teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini; dan
5)      Seseorang yang telah memberikan banyak inspirasi dan semangat.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik materi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menambah wawasan tentang kebudayaan bangsa Indonesia.

Balaraja, … januari 2012

                                                                                                       Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………..……………………………………………        i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….        ii
BAB I    PENDAHULUAN…………………………………………………….         1
               1.1    Latar Belakang…………………………………………………..          1
               1.2    Tujuan Penelitian………………………………………………...           2
               1.3    Pembatasan Masalah………………………………………….....          3
               1.4    Teknik Pengumpulan Data…………………………………...…..          4
               1.5    Sistematika Penulisan………………………………………...…..          5
BAB II   PEMBAHASAN…………………………………………………...…..       6
               2.1    Objek Wisata Candi Borobudur……………………………...…...        7
                        2.1.1    Sejarah Candi Borobudur…………………………..…….         8
                        2.1.2    Lokasi Candi Borobudur…………………………..……..         9
                        2.1.3    Deskripsi Bangunan Candi Borobudur…………..……….           10
               2.2    Objek Wisata Candi Prambanan………………………..………...         11
                        2.2.1    Sejarah Candi Prambanan……………………..………….         12
                        2.2.2    Lokasi Candi Prambanan……………………..…………...        13
                        2.2.3    Deskripsi Bangunan Candi Prambanan…………………...          14
               2.3    Objek Wisata Goa Jatijajar………………………………………..        15
                        2.3.1    Sejarah Goa Jatijajar……………………………………....       16
                        2.3.2    Lokasi Goa Jatijajar……………………………………….        17
                        2.3.3    Deskripsi Bangunan Goa Jatijajar…………………………         18
BAB III PENUTUP………………………………………………………………      19
               3.1    Kesimpulan………………………………………………………..       20
               3.2    Saran……………………………………………………………….     21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..      22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beranekaragam. Nilai - nilai sejarah, moral, dan spiritual yang terdapat dalam budaya Indonesia dapat dijadikan penyaring atas budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Masih ada kebudayaan Indonesia yang banyak menyisakan peninggalan-peninggalan yang mengandung nilai sejarah, yang dijadikan objek wisata di Indonesia, yang terkenal sampai ke mancanegara, salah satunya objek wisata yang ada di Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak objek wisata seperti, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Goa Jatijajar, Keraton Yogyakarta, Ketep Pass, Imogiri, dan masih banyak lagi. Bahkan jalan di Malioboropun bisa dijadikan sebagai tempat objek wisata. Semua itu berpotensi untuk dimanfaatkan baik dari segi perekonomian, kebudayaan maupun pendidikan. Sebagai kota yang berpotensi, Yogyakarta diharapkan dapat membantu dalam memperbaiki perekonomian bangsa serta dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.

Dengan adanya objek wisata yang merupakan peninggalan sejarah ini , semoga bangsa Indonesia dapat memberikan keutungan. Salah satunya yaitu dibidang pendidikan, karena dengan mengunjungi objek wisata tersebut akan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, peninggalan sejarah tersebut perlu dirawat dan dijaga dengan bail  agar lebih baik bermanfaat di kemudian hari.


1.2        Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1)      Untuk meneliti objek wisata yang ada di Yogyakarta;
2)      Untuk mengetahui lebih banyak tentang objek wisata yang ada di Yogyakarta seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar baik dari sejarah, lokasi, maupun deskripsi bangunannya;
3)      Untuk menambah wawasan tentang sejarah kebudayaan bangsa Indonesia.


1.3        Pembatasan Masalah
Dalam mempelajari kebudayaan Indonesia, saya mengunjungi objek wisata yang ada di Yogyakarta, yaitu malioboro, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan Goa Jatijajar.
Pada makalah ini saya hanya membahas beberapa objek wisata, yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar yang diteliti dari segi sejarah dan deskripsi bangunannya.


1.4        Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang saya lakukan adalah:
1)      Observasi
Saya mengunjungi dan mengamati secara langsung objek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar.
2)      Studi Literatur
Saya memperoleh materi objek wisata tersebut dari buku-buku yang dijual di tempat.


1.5        Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya adalah:
      Bab I. Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
      Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan mengenai objek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar dari segi sejarah, lokasi dan deskripsi bangunannya.
      Bab III. Penutup, berisi kesimpulan dan saran, serta dibagian akhir daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Objek Wisata Candi Borobudur
2.1.1    Sejarah Candi Borobudur
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kapan Candi Borobudur didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya “Chandi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO 1976)”, mengatakan bahwa tulisan singkat yang dipahat di atas pigura-pigura relief kaki candi (Karmawibangga) mewujudkan suatu garis yang biasa ditemukan diberbagai prasasti pada abad ke-8 sampai awal abad ke-9. Pada masa itu di Jawa Tengah berkuasa raja - raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana.[1]

Pada abad ke-18 Bororbudur disebut dalam salah satu kronik jawa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga disebut dalam naskah lain, yang menceritakan seorang pangeran Yogya yang mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur.

Menurut Babad (Kitab Sejarah Jawa) dari abad ke-18 yaitu “Bukit Borobudur”, keterangan yang disampaikan kepada Raffles tahun 1814 di desa Bumisegoro menyatakan adanya penemuan purbakala bernama “Borobudur”. Akan tetapi, tidak ada keterangan baik prasasti maupun dokumen lain yang mengungkapkan nama Candi Borobudur yang sesungguhnya.

Menurut cerita rakyat, Candi Borobudur dibangun oleh Gunadharma sehingga terkenal dengan cerita Gunadharma. Gunadharma seorang arsitek yang terkenal di kawasan Kedu pada zaman Raja Syailendra. Dalam cerita dikisahkan bahwa Gunadharma menuju ke bukit Menoreh untuk beristirahat setelah menyelesaikan pembangunan candi. Masyarakat di sekitar Candi Borobudur yakin bahwa tempat Gunadharma adalah di atas bukit Menoreh yang digambarkan dengan posisi tubuh yang membujur dari arah timur ke barat.

2.1.2        Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan dikelilingi beberapa dusun, antara lain Bumi Segoro, Sabreng, Geopala, Jawahan, Barepan, Kelan, Janan, dan Gendingan.

Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit dengan ketinggian 265,40 meter di atas permukaan laut atau berada di atas daratan di sekitarnya. Candi Borobubur terdiri atas 5 teras persegi dan 4 teras bulat. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan Menorah di sisi selatan, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sisi timur, serta Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro di sisi barat laut. Di sebelah timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.

2.1.3        Deskripsi Bangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas ±  7,8 ha pada ketinggian 265,40 meter di atas permukaan laut atau berada ± 15 meter di atas bukit di sekitarnya. Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2 dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem tanpa perekat. Untuk memerkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah horisontal, sedangkan untuk arah vertikal dengan sistem gentakan. Candi Borobudur tidak mempunyai bilik ataupun ruangan di dalamnya. Oleh karena itu, tidak dapat berfungsi sepenuhnya sebagai candi. Maka lebih tepat kiranya bangunan ini kita anggap sebagai bangunan ziarah dan bukan sebagai tempat pemujaan.

Menurut H. Parmantier, menyebutkan bahwa pada rencana semula Candi Borobudur akan mempunyai sebuah stupa yang sangat besar, yang diletakkan pada bagian yang sekarang ditempati banyak stupa. Keistimewaan bangunan yang berbentuk stupa ini adalah dindingnya berukir pahatan yang menjadi dokumentasi agama Budha Mahayana dan kehidupan rakyat pada abad ke-8 sampai ke-9. seperti candi - candi lain, Borobudur terbagi atas bagian kaki, bagian badan dan bagian atas. Pembagian itu sesuai dengan Kosmoghin Budha yang diterangkan dalam Sang Hyang Kamahayanikan, yaitu sebuah naskah kebudhaan abad ke-10. Kaki seperti Kamadhatu melikiskan Adegan - adegan manusia di dunia dan neraka serta hukum karma. Bedanya, Rupadhatu memperlihatkan manusia masih terikat pada rupa dan bentuk meskipun sudah lepas dari rupa dan nafsu. Sedangkan bagian atas berupa Arupadhatu.

Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas bebunduk dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing - masing tingkat mempunyai yang mempunyai maksud tersendiri.


2.2    Objek Wisata Candi Prambanan
         2.2.1    Sejarah Candi Prambanan
“Prambanan adalah kompleks percandian Hindu yang dibangun pada abad ke-9 Dinasti Sanjaya”.[2] Gugusan candi ini dinamakan Prambanan  karena terletak di daerah Prambanan. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargraha” sebagai manifest untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja besar.

Nama Candi Prambanan berasal dari letaknya yang berada di daerah Prambanan dan nama Loro Jongrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan seorang gadis jangkung putri Prabu Boko. Terjadinya perpindahan pusat kerejaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini, ditambah lagi dengan terjadinya gempa bumi serta beberapa kali meletusnya gunung merapi menjadikan Candi Prambanan runtuh tinggal puing - puing yang berserakan. Itulah keadaan pada saat penemuan Candi Prambanan.

         2.2.2    Lokasi Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak di perbatasan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah ± 17 km daerah timur dari Yogyakarta atau ± 53 km sebelah barat Solo. Kompleks percandian ini masuk ke dalam dua wilayah, yaitu kompleks bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur masuk wilayah propinsi Jawa Tengah. Candi Prambanan berdiri di sebelah timur Sungai Opak ± 200 meter sebelah utara Jalan Raya Yogya - Solo.

2.2.3        Deskripsi Bangunan Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas yang makin ke arah dalam makin tinggi letaknya. Luasnya bertuirut – turut 390 m2, 222 m2 dan 110 m2. Latar bawah tidak terisis apapun. Di dalam latar tengah terdapat reruntuhan candi – candi Perwara. Apabila semuanya telah selesai dipugar, maka akan ada 224 candi yang semua ukurannya sama, yaitu luas dasar 6 m2 dan tingginya 14 m. Latar pusat adalah latar terpenting, di atasnya berdiri 16 buah candi besar dan kecil. Candi –candi utama terdiri dari dua deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu, dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu Candi Nandi, Candi Angsa, dan Candi Garuda. Pada ujung – ujung lorong yang memisahkan kedua deretan tersebut terdapat Candi Apit. Delapan candi lainnya lebih kecil. Empat diantaranya Candi Kelir dan epmat candi lainnya di sebut Candi Sudut. Secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi. Ada 11 rangkai ukiran pahat, masing – masing pada setiap dinding utama dan setiap langkah dari 4 serambi, dua kaki lipat pada serambi dan pada kaki terpendam, semua berjumlah 1300 panil.

1)   Candi Siwa
Candi Siwa adalah “replika Gunung Mahameru yang diyakini umat Hindu sebagai tempat bersemayam para dewa”.[3] Candi dengan luas 34 m2 dan tinggi 47 m adalah candi terbesar dan terpenting. Bangunan ini dibagi menjadi tiga bagian secara vertikal yaitu kaki, tubuh dan kepala. Kaki candi menggambarkan Dunia Bawah (tempat manusia yang masih diliputi hawa nafsu). Tubuh candi menggambarkan Dunia Tengah (tempat manusia yang telah meninggalkan keduniaan). Atap melukiskan Dunia Atas (tempat para Dewa).

Di dalam candi terdapat empat ruangan yang menghadap ke arah keempat mata angin. Kamar terdepan kosong, sedangkan ketiga kamar lainnya masing – masing berisi Arca, diantaranya: Siwa Mahadewa; Ganesha; dan Durga.

a)   Arca Siwa Mahadewa
Arca ini mempunyai tinggi 3 m berdiri di atas landasan batu setinggi 1 m. Diantara kaki arca dan landasannya terdapat batu bundar berbentuk bunga teratai. Arca ini menggambarkan Raja Balitung. Tanda – tanda sebagai Siwa adalah tengkorak di atas bulan sabit di atas mahkotannya, mata ketiga pada dahinya, bertangan empat berselempangan ular, kulit harimau di pinggangnya serta senjata Trisula pada sandaran arcanya.

b)   Arca Siwa Maha Guru
Arca ini berwujud seorang tua berjanggut yang berdiri dengan perut gendut. Tangan kanannya memegang tasbih, tangan kiri memegang kendi dan bahunya terdapat kipas. Semuanya adalah tanda – tanda seorang pertapa.
c)   Arca Ganesha
Arca ini berwujud manusia berkepala gajah bertangan empat yang sedang duduk dengan perut gendut. Tangan – tangan belakangnya memegang tasbih dan kampak  sedangkan tangan – tangan depannya memegang patahan gadingnya sendiri dan sebuah mangkuk Ganesha menjadi lambang kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, penghalau segala  kesulitan.
d)   Arca Durga atau Loro Jonggrang
Arca ini berwujud seorang wanita bertangan delapan yang memegang beranekaragam senjata, diantaranya: Cakra, Gada, Anak Panah, Ekor Banteng, Sankha, Perisai, Busur, dan Rambut berkepala Raksa Arsua. Ia berdiri di atas bantang Nandi dalam sikap Tribangga (Tiga Gaya Gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh).

2)   Candi Brahma
Luas dasar Candi Brahma 20 m2 dan tingginya 37 m. Di dalam ruangan berdiri Arca Brahma berkepala empat dan bertangan empat. Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab suci Weda masing – masing menghadap ke arah mata angin.

3)   Candi wisnu
Bentuk, ukuran, relief dan hiasan dindingnya sama dengan Candi Brahma. Pada dinding langkah dalam terpahat relief cerita Kresna sebagai Avatar atau penjelmaan Wisnu dan Bularama (Baladewa) kakanya.

4)   Candi Nandi
Luas dasar Candi Nandi 15 m2 dan tingginya 25 m. Di dalam satu –satunya ruangan yang ada terbaring Arca seorang Lembu Jantan dalam sikap merdeka dengan panjang ± 2 m. Di sudut belakangnya terdapat Arca Dewa Candra.

5)   Candi Angsa
Luas dasar Candi Angsa 13 m2 dan tingginya 22 m. Mungkin ruangan ini hanya dipakai untuk kandang Angsa, hewan yang biasa dikendarai Brahma.

6)   Candi Garuda
Bentuk, ukuran serta hiasan dindingnya sama dengan Candi Angsa. Di dalam ruangan satu – satunya yang ada hanya Arca kecil yang berwujud Naga. Garuda adalah kendaran Wisnu.

7)   Candi Apit
Luas dasar Candi Apit 6 m2 dan tingginya 16 m. Ruangannya kosong. Mungkin candi ini digunakan untuk bersemedi sebelum memasuki candi – candi induk.

8)   Candi Kelir
Luas dasar Candi Kelir 1,55 m2 dan tingginya 4,1 m. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk. Fungsinya sebagai penolak bala.

9)   Candi Sudut
Ukuran candi – candi ini sama dengan Candi Kelir.

Candi – candi disekitar Prambanan yaitu:
      a)   Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu
Ketiga Candi Budha ini tinggal reruntuhan, kecuali Candi Sewu yang masih bisa dinikmati keindahannya. Semuanya terletak dalam kompleks taman Candi Prambanan.
      b)   Candi Plaosan
Letaknya ± 4 Km ke arah timur Candi Sewu. Candi ini dibangun pada pertengahan abad ke-9 oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah kepada permaisurinya.
      c)   Candi Sowijan
Letaknya ± 2 Km ke arah tenggara dari Percandian Prambanan. Sebagian besar lainnya berupa reruntuhan. Pada kaki candi terdapat relief cerita binatang yang mengandung filsafat.
      d)   Candi Boko (Kraton Ratu Boko)
Letaknya ± 3 Km ke arah selatan dari Percandian Prambanan, berdiri di atas Bukit Kidul yang merupakan lanjutan dari Pegunungan Seribu. Diperkirakan Balaputra Dewa dari Dinasti Syailendra mendirikan sebagai benteng pertahanan. Menurut legenda disinilah letak Ratu Boko, Ayah Loro Jonggrang.,
      e)   Candi Banyunibo
Letaknya ± 200 m ke arah tenggara dari Candi Boko, berdiri di atas sebuah lembah. “Banyu”  berarti “Air” dan “Nibo” Berarti “Jatuh Menetes”.
      f)    Candi Sari
Letaknya pada sisi kiri Jalan Raya Yogya – Solo masuk ± 500 m ke arah utara. Bangunan ini panjangnya 17,32 m dan lebar 10 m.
      g)   Candi Kalasan
                                 Letaknya pada sisi sebelah kanan Jalan Raya Yogya – Solo Km 13.
      h)   Candi Sambisari
Letaknya ± 5,5 Km dari Percandian Prambanan ke arah barat dan ± 2,5 Km ke arah utara dari Jalan Raya Yogya  - Solo.

2.3    Objek wisata Goa Jatijajar
         2.3.1    Sejarah Goa Jatijajar
Goa Jatijajar merupakan goa alam yang awalnya terbentuk dari batu kapur. Goa ini pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama Jayamenawi pada tahun 1802. Ceritanya, ketika sedang mengambil rumput di ladang, ia terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu berdiameter 4 meter dan tinggi dari tanah yang ada di bawahnya ± 24 meter. Diperkirakan lubang tersebut merupakan lubang ventilasi goa.

Pada mulanya pintu – pintu goa masih tertutup tanah. Setelah dilakukan penggalian dan yang menutupi dibongkar kemudian dibuang, ditemukanlah piuntu goa yang sekarang digunakan sebagai pintu masuk. Karena pada saat itu ditemukan di muka pintu goa ada dua pohon jati yang tumbuh sejajar, maka goa tersebut diberi nama Goa Jatijajar.


“Goa Jatijajar dikembangkan menjadi objek wisata, orang yang masuk ke dalam goa tujuannya untuk bertapa atau semedi, mandi di Serdang Mawar dan Serdang Kantil serta untuk mengambil air”.[4] Pada masa penjajahan Belanda tempat ini digunakan untuk tempat rekreasi. Pada masa penjajahan Jepang, “Goa Jatijajar digunakan untuk pertambangan Batu Posfat. Batu Posfat terbentuk dari kotoran kelalawar yang sudah lama bereaksi dengan Batu Kapur dan merupakan bahan baku pupuk buatan”.[5]

Sebelum Goa Jatijajar dibangun menjadi objek wisata, dahulu dikolola oleh Juru Kunci. Adapun silsilah Juru Kunci yang pernah mengolola Goa Jatijajar adalah:

1)   Juru Kunci I      : Jayamenawi;
2)   Juru Kunci II    : Bangsatirta;
3)   Juru Kunci III   : Manreja;
4)   Juru Kunci IV   : Jaya Wikrama; dan
5)   Juru Kuncu V   : Sandikrama.

Pada tahun 1975 Goa Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi objek wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Goa Jatijajar yaitu bapak Suparjo Rustam.

2.3.2        Lokasi Goa Jatijajar
Goa Jatijajar terletak di desa Jatijajar, kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, propinsi Jawa Tengah. Goa ini terletak 21 km sebelah barat daya Kecamatan Gombong. Perlu diketahui bahwa pada zaman dahulu sebagian dari wilayah kabupatem Kebumen adalah termasuk ke wilayah Kadipaten Pasir Luhur yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Padjajaran, pusat pemerintahannya di Bogar (Batu Tulis), Jawa Barat.

2.3.3        Deskripsi Bangunan Goa Jatijajar
Di dalam Goa Jatijajar terdapat tujuh sungai atau sendang, tetapi yang dapat dicapai dengan mudah hanya empat sungai, yaitu:
1)      Sungai Puser Bumi;
2)      Sungai Jombor;
3)      Sungai Mawar; dan
4)      Sungai Kantil.

Sungai Puser Bumi dan Sungai Jombor memiliki tempat yang masih alami dan masih gelap. Mitosnya air dari sungai tersebut dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing – masing. Sedangkan mitos Sungai Mawar, konon jika airnya dipergunakan untuk mencui muka atau mandi bisa awet muda. Adapun mitos dari Sungai Kantil, jika airnya digunakan mencuci muka atau mandi, niatnya atau cita – citanya akan mudah tercapai.

Panjang keseluruhan Goa Jatijajar dari pintu masuk hingga pintu keluar mencapai 250 m. Sedangkan tinggi goa mencapai 12 m, lebarnya 15 m dan ketebalan langit - langitnya 10 m. Bila diukur dari permukaan laut, tinggi Goa Jatijajar bisa mencapai 50 m. Goa ini memiliki luas wilayah seluruhnya 5,5 ha. Suhu udara di dalam goa mencapai 32 oC – 20 oC dengan kelembapan 60 %. Keadaan tanahnya merupakan tahan Kapur atau Karst dan jenis batuan lain yang terdapat di goa ini yaitu Batu Kapur, Batu Pospat, Batu Cadas, dan Batu Kalsit.

Beberapa faktor alam yang mengakibatkan terjadinya goa – goa di daerah kapur di antaranya;
1)      Karena adanya aliran sungai di bawah tanah;
2)      Karena tekanan endogen dari dalam bumi; dan
3)      Karena abrasi air laut (hal ini terjadi khusus pada goa pantai).

“Hampir semua batu Kapur terjadi karena kegiatan organik. Adanya batu Kapur menandakan adanya sisa kehidupan laut seperti karang, kerang – kerangan serta berbagai hewan dan tumbuhan kecil”.[6] Dapat pula dinyatakan bahwa goa terbentuk akibat adanya berbagai faktor alam. Istilah lain menyatakan sebagai pelapukan kimiawi.

“Pelapukan kimiawi adalah batuan yang mengalami perubahan kimia dengan pertolangan air dan didorong oleh temperatur yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO3)”.[7]

“Sungai bawah tanah dapat pula terjadi karena adanya sungai di permukaan tanah yang masuk kedalan tanah kapur yang membuat aliran dan rongga di bawah tanah. Dan pada suatu tempat lebih rendah akan keluar dari tanah kemudian membentuk aliran sungai di permukaan tanah lagi”.[8] Kalsium karbonat sebagai unsur utama batu – batu kapur dapat mengkristal dalam dua bentuk, yaitu Kalsit dan Organit. Kedua bentuk kristal ini memiliki susunan dalam yang berbeda. Reaksi kimia yang terjadi dari percampuran air yang mengandung karbondioksida dengan kalsium karbonat adalah sebagai berikut:
H2O       +       CO2       +       CaCO3       ®       Ca(HCO3)2
               air             karbondioksida         kalsium karbonat           kalsium bikarbonat

Di dalam goa terdapat pula banyak Stalagnit dan Stalagmit. “Stalagnit adalah kerucut – kerucut kapur yang berada di atap, sedangkan Stalagmit adalah kerucut – kerucur kapur yang berdiri pada dasar goa, seringkali Stalagnit dan Stalgmit bergabung membentuk tiang kapur”.[9] Dapat dikatakan pula bahwa “terjadinya Stalagnit dan Stalagmit yaitu karena reaksi air hujan dengan kalsiumdioksida dan meninggalkan endapan di langit – langit goa, yang lama kelamaan membentuk Stalagnit di atas dan Stalagmit di bawah. Stalagnit maupun Stalagmit adalah hasil reaksi dari kalsiumdioksida (CaCO2) dengan air (H2O)”.[10]

Goa terdiri atas tiga zona yang berbeda, yaitu zona dekat mulut goa bagian dalam; zona yang terkena sinar matahari tertentu; dan zona yang sama sekali gelap. Disetiap zona terdapat jenis kehidupan yang berbeda – beda. Di Goa Jatijajar hewan yang hidup dibagian luar hingga yang terkena sinar matahari diantaranya kera, musang, macam – macam burung, ular, dan landak. Tumbuhan yang terdapat di wilayah ini diantaranya pohon jati, asam, mahoni, dan snockling. Sedangkan hewan dan tumbuhan yang hidup dibagian dalam goa terdiri dari kelelawar, burung walet, jangkrik, lebah, salamander dan beberapa jenis tumbuha yaitu lumut, jenis paku – pakuan, sulfier, dan biconia.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai seni budaya yang tinggi yang merupakan peninggalan dari kebudayaan yang bercorak Hindu – Budha yang memiliki pengaruh pada masa lampau dan dapat dijadikan objek wisata terpenting di Indonesia. Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang sangat menarik untuk dikaji, dielajari, dan dijaga kelestariannya.

3.2        Saran
Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa objek wisata yang ada di wilayah Jawa Tengah seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goia Jatijajar masih perlu dikembangkan dan dilestarikan, karena faktanya setelah gempa yang menimpa wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, Candi – candi yang berada di wilayah tersebut menjadi rusak. Kerusajan terparah terjadi pada Candi Prambanan, Candi Nandi, dan Candi – candi Perwara yang berada pada latar tengah runtuh rata dengan tanah. Oleh karena itu, sebaiknya proses perenovasian segera dilakukan. Candi Borobudur walaupun keadaan bangunannya lebih terlihat kokoh dibandingkan Prambanan, namun bila dilihat secara spesifik banyak sekali bagian bagian candi yang tidak pada tempatnya, sebaiknya dilakukan kembali candi – candi yang runtuh. Sementara itu Goa Jatijajar tidak terdapat kerusakan dan keruntuhan pada dinding dan sekitar Goa. Akan tetapi, tingkat kebersihan dan keamanan pada objek wisata tersebut perlu di perhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Candi Borobudur. PT. Taman Wisata Candi. Tlogo Prambanan
Fais, Ali et al. 2003. IPS 2 Kelas 4 SD. Klaten: Intan Pariwara
Kompleks Percandian Prambanan (Loro Jonggrang) dan Candi – Candi Sekitarnya.
         PT. Taman Wisata Candi. Tlogo Prambanan
Madhori. Candi Borobudur Sepanjang Masa
Rusmin. 1991. Goa Jatijajar. Kebumen: Dinas Perhubungan dan Kepariwisataan
Staf Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia.
         Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Syukur, Abdul et al. 2005. E\nsiklopedia Umum Untuk Pelajar. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
         Van Hoeve
Wardiyatmoko, K. 2004. Biografi SMA Kelas 1. Jakarta: Erlangga



.
[2] Abdul Syukur et. al, Ensiklopedia Umum Untuk Pelajar (Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2005), hlm. 116.
[3] Ibid., hlm. 118.
[4] Rusmin, Goa Jatijajar (Kebumen: Dinas Perhubungan dan Kepariwisataan, 1991), hlm. 2.
[5] Ibid., hlm. 3.
[6] Staf Ensiklopedia Nasional, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: Cipta Adi Pustaka. 1989), hlm. 3.
[7] K. Wardiyatmoko, Biografi SMA Kelas 1 (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 138.
[8] Rusmin, Op. Cit., hlm. 3.
[9] K. Wardiyatmoko, Op. Cit., hlm. 183.
[10] Rusmin, Loc. Cit.,