LAPORAN HASIL STUDI TUR YOGYAKARTA
Makalah
Diajukan untuk
memenuhi tugas ujian praktik bahasa Indonesia
tahun ajaran 2011 / 2012
Disusun oleh:
Nama : Arif X Sandhy
Kelas : XII IPA-3
NIS : 091010172
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BALARAJA
TANGERANG
2011/2012
Disetujui
dan disahkan pada tanggal … januari 2012
oleh:
Pembimbing,
Drs.
Rakhmat Rasyidi
NIP.
130799372
Diketahui,
Kepala SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang
Drs.Eeng suherman
NIP. 195610021982031003
KATA PENGANTAR
Saya memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan inayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Laporan Hasil Studi Tur Yogyakarta.
Penyusunan makalah ini ditujukan
untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011 / 2012.
Pembahasan makalah ini berisi tentang keterangan - keterangan mengenai objek
wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar.
Dalam penyusunan isi makalah ini
saya mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1) Bapak Drs.Eeng Suherman selaku
kepala SMA Negeri 1 Balaraja;
2)
Bapak Drs. Rakhmat Rasyidi, selaku pembimbing makalah;
3)
Ayah dan Ibu beserta keluarga yang telah memberikan
banyak dukungan baik moral maupun material;
4) Aldho Febri Sanjaya serta
teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini; dan
5)
Seseorang yang telah memberikan banyak inspirasi dan
semangat.
Saya
menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik materi maupun
teknik penulisannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menambah wawasan tentang
kebudayaan bangsa Indonesia.
Balaraja, … januari 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………..…………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan Penelitian………………………………………………... 2
1.3 Pembatasan
Masalah…………………………………………..... 3
1.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………...….. 4
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………...….. 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...….. 6
2.1 Objek Wisata Candi Borobudur……………………………...…... 7
2.1.1 Sejarah Candi Borobudur…………………………..……. 8
2.1.2 Lokasi
Candi Borobudur…………………………..…….. 9
2.1.3 Deskripsi Bangunan Candi Borobudur…………..………. 10
2.2 Objek Wisata Candi Prambanan………………………..………... 11
2.2.1 Sejarah Candi Prambanan……………………..…………. 12
2.2.2 Lokasi Candi Prambanan……………………..…………... 13
2.2.3 Deskripsi Bangunan Candi Prambanan…………………... 14
2.3 Objek
Wisata Goa Jatijajar……………………………………….. 15
2.3.1 Sejarah Goa Jatijajar…………………………………….... 16
2.3.2 Lokasi Goa Jatijajar………………………………………. 17
2.3.3 Deskripsi Bangunan Goa Jatijajar………………………… 18
BAB III PENUTUP……………………………………………………………… 19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 20
3.2 Saran………………………………………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kebudayaan
merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Indonesia memiliki kebudayaan yang
sangat beranekaragam. Nilai - nilai sejarah, moral, dan spiritual yang terdapat
dalam budaya Indonesia dapat
dijadikan penyaring atas budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Masih
ada kebudayaan Indonesia
yang banyak menyisakan peninggalan-peninggalan yang mengandung nilai sejarah,
yang dijadikan objek wisata di Indonesia,
yang terkenal sampai ke mancanegara, salah satunya objek wisata yang ada di Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak objek wisata
seperti, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Goa Jatijajar, Keraton Yogyakarta,
Ketep Pass, Imogiri, dan masih banyak lagi. Bahkan jalan di Malioboropun bisa dijadikan sebagai tempat objek wisata.
Semua itu berpotensi untuk dimanfaatkan baik dari segi perekonomian, kebudayaan
maupun pendidikan. Sebagai kota yang berpotensi, Yogyakarta diharapkan dapat
membantu dalam memperbaiki perekonomian bangsa serta dapat meningkatkan harkat
dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
Dengan adanya objek wisata yang
merupakan peninggalan sejarah ini , semoga bangsa Indonesia dapat memberikan
keutungan. Salah satunya yaitu dibidang pendidikan, karena dengan mengunjungi
objek wisata tersebut akan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas tentang peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, peninggalan
sejarah tersebut perlu dirawat dan dijaga dengan bail agar lebih baik bermanfaat di kemudian hari.
1.2
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1)
Untuk meneliti objek wisata yang ada di Yogyakarta;
2)
Untuk mengetahui lebih banyak tentang objek wisata yang
ada di Yogyakarta seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar
baik dari sejarah, lokasi, maupun deskripsi bangunannya;
3)
Untuk menambah wawasan tentang sejarah kebudayaan bangsa
Indonesia.
1.3
Pembatasan
Masalah
Dalam
mempelajari kebudayaan Indonesia, saya mengunjungi objek wisata yang ada di
Yogyakarta, yaitu malioboro, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton
Yogyakarta, dan Goa Jatijajar.
Pada
makalah ini saya hanya membahas beberapa objek wisata, yaitu Candi Borobudur,
Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar yang diteliti dari segi sejarah dan
deskripsi bangunannya.
1.4
Teknik
Pengumpulan Data
Adapun metode yang saya lakukan
adalah:
1)
Observasi
Saya mengunjungi dan mengamati
secara langsung objek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa
Jatijajar.
2)
Studi Literatur
Saya
memperoleh materi objek wisata tersebut dari buku-buku yang dijual di tempat.
1.5
Sistematika
Penulisan
Adapun
sistematika penulisannya adalah:
Bab
I. Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan
masalah, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab
II. Pembahasan, berisi pembahasan mengenai objek wisata Candi Borobudur, Candi
Prambanan, dan Goa Jatijajar dari segi sejarah, lokasi dan deskripsi
bangunannya.
Bab
III. Penutup, berisi kesimpulan dan saran, serta dibagian akhir daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Objek Wisata
Candi Borobudur
2.1.1 Sejarah Candi Borobudur
Sampai saat ini belum
diketahui secara pasti kapan Candi Borobudur didirikan, demikian juga
pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya “Chandi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO 1976)”, mengatakan
bahwa tulisan singkat yang dipahat di atas pigura-pigura relief kaki candi
(Karmawibangga) mewujudkan suatu garis yang biasa ditemukan diberbagai prasasti
pada abad ke-8 sampai awal abad ke-9. Pada masa itu di Jawa Tengah berkuasa
raja - raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana.[1]
Pada abad ke-18 Bororbudur disebut dalam salah satu kronik
jawa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga disebut dalam naskah lain, yang menceritakan
seorang pangeran Yogya yang mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur.
Menurut Babad (Kitab Sejarah Jawa) dari abad ke-18 yaitu
“Bukit Borobudur”, keterangan yang disampaikan kepada Raffles tahun 1814 di
desa Bumisegoro menyatakan adanya penemuan purbakala bernama “Borobudur”.
Akan tetapi, tidak ada keterangan baik prasasti maupun dokumen lain yang
mengungkapkan nama Candi Borobudur yang sesungguhnya.
Menurut
cerita rakyat, Candi Borobudur dibangun oleh Gunadharma sehingga terkenal
dengan cerita Gunadharma. Gunadharma seorang arsitek yang terkenal di kawasan
Kedu pada zaman Raja Syailendra. Dalam cerita dikisahkan bahwa Gunadharma
menuju ke bukit Menoreh untuk beristirahat setelah menyelesaikan pembangunan
candi. Masyarakat di sekitar Candi Borobudur yakin bahwa tempat Gunadharma
adalah di atas bukit Menoreh yang digambarkan dengan posisi tubuh yang membujur
dari arah timur ke barat.
2.1.2
Lokasi Candi
Borobudur
Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, kecamatan
Borobudur, kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan dikelilingi beberapa dusun, antara
lain Bumi Segoro, Sabreng, Geopala, Jawahan, Barepan, Kelan, Janan, dan Gendingan.
Candi
Borobudur didirikan di atas sebuah bukit dengan ketinggian 265,40 meter di atas
permukaan laut atau berada di atas daratan di sekitarnya. Candi Borobubur
terdiri atas 5 teras persegi dan 4 teras bulat. Candi Borobudur juga
dikelilingi oleh pegunungan Menorah di sisi selatan, Gunung Merapi dan Gunung
Merbabu di sisi timur, serta Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro di sisi barat laut.
Di sebelah timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.
2.1.3
Deskripsi
Bangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit
seluas ±
7,8 ha pada ketinggian 265,40 meter di atas permukaan laut atau berada ± 15 meter di atas bukit di
sekitarnya. Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding
teras 1, 2 dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem tanpa perekat. Untuk
memerkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah
horisontal, sedangkan untuk arah vertikal dengan sistem gentakan. Candi
Borobudur tidak mempunyai bilik ataupun ruangan di dalamnya. Oleh karena itu,
tidak dapat berfungsi sepenuhnya sebagai candi. Maka lebih tepat kiranya
bangunan ini kita anggap sebagai bangunan ziarah dan bukan sebagai tempat
pemujaan.
Menurut H. Parmantier, menyebutkan bahwa pada
rencana semula Candi Borobudur akan mempunyai sebuah stupa yang sangat besar,
yang diletakkan pada bagian yang sekarang ditempati banyak stupa. Keistimewaan
bangunan yang berbentuk stupa ini adalah dindingnya berukir pahatan yang
menjadi dokumentasi agama Budha Mahayana dan kehidupan rakyat pada abad ke-8
sampai ke-9. seperti candi - candi lain, Borobudur terbagi atas bagian kaki,
bagian badan dan bagian atas. Pembagian itu sesuai dengan Kosmoghin Budha yang
diterangkan dalam Sang Hyang Kamahayanikan, yaitu sebuah naskah kebudhaan abad
ke-10. Kaki seperti Kamadhatu melikiskan Adegan - adegan manusia di dunia dan
neraka serta hukum karma. Bedanya, Rupadhatu memperlihatkan manusia masih
terikat pada rupa dan bentuk meskipun sudah lepas dari rupa dan nafsu.
Sedangkan bagian atas berupa Arupadhatu.
Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas bebunduk dan apabila dilihat
dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Secara keseluruhan bangunan Candi
Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing - masing tingkat
mempunyai yang mempunyai maksud tersendiri.
2.2 Objek Wisata Candi Prambanan
2.2.1 Sejarah Candi Prambanan
“Prambanan adalah kompleks percandian Hindu yang dibangun pada abad ke-9
Dinasti Sanjaya”.[2] Gugusan candi ini dinamakan Prambanan karena terletak di daerah Prambanan.
Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada
candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan
oleh Rakai berdasarkan prasasti
berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargraha” sebagai manifest untuk meneguhkan
kedudukannya sebagai raja besar.
Nama Candi Prambanan berasal dari letaknya yang berada di daerah
Prambanan dan nama Loro Jongrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan
seorang gadis jangkung putri Prabu Boko. Terjadinya perpindahan pusat kerejaan
Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini,
ditambah lagi dengan terjadinya gempa bumi serta beberapa kali meletusnya gunung
merapi menjadikan Candi Prambanan runtuh tinggal puing - puing yang berserakan.
Itulah keadaan pada saat penemuan Candi Prambanan.
2.2.2 Lokasi
Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak di perbatasan propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah ± 17 km daerah timur dari Yogyakarta atau ± 53 km sebelah barat Solo. Kompleks
percandian ini masuk ke dalam dua wilayah, yaitu kompleks bagian barat masuk
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur masuk wilayah propinsi Jawa
Tengah. Candi Prambanan berdiri di sebelah timur Sungai Opak ± 200 meter sebelah utara Jalan Raya
Yogya - Solo.
2.2.3
Deskripsi
Bangunan Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan terdiri atas latar
bawah, latar tengah dan latar atas yang makin ke arah dalam makin tinggi
letaknya. Luasnya bertuirut –
turut 390 m2, 222 m2 dan 110 m2. Latar bawah
tidak terisis apapun. Di dalam latar tengah terdapat reruntuhan candi – candi
Perwara. Apabila semuanya telah selesai dipugar, maka akan ada 224 candi yang
semua ukurannya sama, yaitu luas dasar 6 m2 dan tingginya 14 m.
Latar pusat adalah latar terpenting, di atasnya berdiri 16 buah candi besar dan
kecil. Candi –candi utama terdiri dari dua deret yang saling berhadapan. Deret
pertama yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu, dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu
Candi Nandi, Candi Angsa, dan Candi Garuda. Pada ujung – ujung lorong
yang memisahkan kedua deretan tersebut terdapat Candi Apit. Delapan candi
lainnya lebih kecil. Empat diantaranya Candi Kelir dan epmat candi lainnya di
sebut Candi Sudut. Secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah
candi. Ada 11 rangkai ukiran pahat, masing – masing pada setiap dinding utama
dan setiap langkah dari 4 serambi, dua kaki lipat pada serambi dan pada kaki
terpendam, semua berjumlah 1300 panil.
1) Candi Siwa
Candi Siwa adalah “replika Gunung Mahameru
yang diyakini umat Hindu sebagai tempat bersemayam para dewa”.[3] Candi dengan luas 34 m2
dan tinggi 47 m adalah candi terbesar dan terpenting. Bangunan ini dibagi
menjadi tiga bagian secara vertikal yaitu kaki, tubuh dan kepala. Kaki candi
menggambarkan Dunia Bawah (tempat manusia yang masih diliputi hawa nafsu). Tubuh
candi menggambarkan Dunia Tengah (tempat manusia yang telah meninggalkan
keduniaan). Atap melukiskan Dunia Atas (tempat para Dewa).
Di dalam candi terdapat empat ruangan yang
menghadap ke arah keempat mata angin. Kamar terdepan kosong, sedangkan ketiga
kamar lainnya masing – masing berisi Arca, diantaranya: Siwa Mahadewa; Ganesha;
dan Durga.
a) Arca Siwa Mahadewa
Arca ini mempunyai tinggi 3 m berdiri di atas
landasan batu setinggi 1 m. Diantara kaki arca dan landasannya terdapat batu
bundar berbentuk bunga teratai. Arca ini menggambarkan Raja Balitung. Tanda –
tanda sebagai Siwa adalah tengkorak di atas bulan sabit di atas mahkotannya, mata
ketiga pada dahinya, bertangan empat berselempangan ular, kulit harimau di
pinggangnya serta senjata Trisula pada sandaran arcanya.
b) Arca Siwa Maha Guru
Arca ini berwujud seorang tua
berjanggut yang berdiri dengan perut gendut. Tangan kanannya memegang tasbih,
tangan kiri memegang kendi dan bahunya terdapat kipas. Semuanya adalah tanda –
tanda seorang pertapa.
c) Arca Ganesha
Arca ini berwujud manusia berkepala gajah
bertangan empat yang sedang duduk dengan perut gendut. Tangan – tangan
belakangnya memegang tasbih dan kampak
sedangkan tangan – tangan depannya memegang patahan gadingnya sendiri
dan sebuah mangkuk Ganesha menjadi lambang kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan,
penghalau segala kesulitan.
d) Arca Durga atau Loro Jonggrang
Arca ini berwujud seorang wanita
bertangan delapan yang memegang beranekaragam senjata, diantaranya: Cakra,
Gada, Anak Panah, Ekor Banteng, Sankha, Perisai, Busur, dan Rambut berkepala
Raksa Arsua. Ia berdiri di atas bantang Nandi dalam sikap Tribangga (Tiga Gaya
Gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh).
2) Candi Brahma
Luas dasar Candi Brahma 20 m2 dan tingginya 37 m. Di dalam
ruangan berdiri Arca Brahma berkepala empat dan bertangan empat. Keempat
wajahnya menggambarkan keempat kitab suci Weda masing – masing menghadap ke
arah mata angin.
3) Candi wisnu
Bentuk, ukuran, relief dan hiasan
dindingnya sama dengan Candi Brahma. Pada dinding langkah dalam terpahat relief
cerita Kresna sebagai Avatar atau penjelmaan Wisnu dan Bularama (Baladewa)
kakanya.
4) Candi Nandi
Luas dasar Candi Nandi 15 m2 dan
tingginya 25 m. Di dalam satu –satunya ruangan yang ada terbaring Arca seorang
Lembu Jantan dalam sikap merdeka dengan panjang ± 2 m. Di sudut belakangnya
terdapat Arca Dewa Candra.
5) Candi Angsa
Luas dasar Candi Angsa 13 m2 dan
tingginya 22 m. Mungkin ruangan ini hanya dipakai untuk kandang Angsa, hewan
yang biasa dikendarai Brahma.
6) Candi Garuda
Bentuk, ukuran serta hiasan dindingnya sama dengan Candi Angsa. Di dalam
ruangan satu – satunya yang ada hanya Arca kecil yang berwujud Naga. Garuda
adalah kendaran Wisnu.
7) Candi Apit
Luas dasar Candi Apit 6 m2 dan tingginya 16 m. Ruangannya
kosong. Mungkin candi ini digunakan untuk bersemedi sebelum memasuki candi –
candi induk.
8) Candi Kelir
Luas dasar Candi Kelir 1,55 m2 dan tingginya 4,1 m. Candi ini
tidak mempunyai tangga masuk. Fungsinya sebagai penolak bala.
9) Candi Sudut
Ukuran candi – candi ini sama dengan Candi Kelir.
Candi – candi disekitar Prambanan
yaitu:
a) Candi
Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu
Ketiga Candi Budha ini tinggal
reruntuhan, kecuali Candi Sewu yang masih bisa dinikmati keindahannya. Semuanya
terletak dalam kompleks taman Candi Prambanan.
b) Candi
Plaosan
Letaknya ± 4 Km ke arah timur Candi Sewu.
Candi ini dibangun pada pertengahan abad ke-9 oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah
kepada permaisurinya.
c) Candi
Sowijan
Letaknya ± 2 Km ke arah tenggara dari
Percandian Prambanan. Sebagian besar lainnya berupa reruntuhan. Pada kaki candi
terdapat relief cerita binatang yang mengandung filsafat.
d) Candi
Boko (Kraton Ratu Boko)
Letaknya ± 3 Km ke arah selatan dari
Percandian Prambanan, berdiri di atas Bukit Kidul yang merupakan lanjutan dari
Pegunungan Seribu. Diperkirakan Balaputra Dewa dari Dinasti Syailendra
mendirikan sebagai benteng pertahanan. Menurut legenda disinilah letak Ratu
Boko, Ayah Loro Jonggrang.,
e) Candi
Banyunibo
Letaknya ± 200 m ke arah tenggara dari Candi
Boko, berdiri di atas sebuah lembah. “Banyu”
berarti “Air” dan “Nibo” Berarti “Jatuh Menetes”.
f) Candi
Sari
Letaknya pada sisi kiri Jalan Raya
Yogya – Solo masuk ± 500 m
ke arah utara. Bangunan ini panjangnya 17,32 m dan lebar 10 m.
g) Candi
Kalasan
Letaknya
pada sisi sebelah kanan Jalan Raya Yogya – Solo Km 13.
h) Candi
Sambisari
Letaknya ± 5,5 Km dari Percandian Prambanan ke
arah barat dan ± 2,5 Km
ke arah utara dari Jalan Raya Yogya -
Solo.
2.3 Objek wisata Goa Jatijajar
2.3.1 Sejarah Goa Jatijajar
Goa Jatijajar merupakan goa alam yang awalnya terbentuk dari batu kapur. Goa
ini pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama Jayamenawi pada
tahun 1802. Ceritanya, ketika sedang mengambil rumput di ladang, ia terperosok
ke dalam sebuah lubang. Lubang itu berdiameter 4 meter dan tinggi dari tanah
yang ada di bawahnya ± 24 meter. Diperkirakan lubang tersebut merupakan
lubang ventilasi goa.
Pada mulanya pintu – pintu goa masih tertutup
tanah. Setelah dilakukan penggalian dan yang menutupi dibongkar kemudian
dibuang, ditemukanlah piuntu goa yang sekarang digunakan sebagai pintu masuk.
Karena pada saat itu ditemukan di muka pintu goa ada dua pohon jati yang tumbuh
sejajar, maka goa tersebut diberi nama Goa Jatijajar.
“Goa Jatijajar dikembangkan menjadi objek wisata, orang yang masuk ke dalam
goa tujuannya untuk bertapa atau semedi, mandi di Serdang Mawar dan Serdang
Kantil serta untuk mengambil air”.[4]
Pada masa penjajahan Belanda tempat ini digunakan untuk tempat rekreasi. Pada
masa penjajahan Jepang, “Goa Jatijajar digunakan untuk pertambangan Batu
Posfat. Batu Posfat terbentuk dari kotoran kelalawar yang sudah lama bereaksi
dengan Batu Kapur dan merupakan bahan baku pupuk buatan”.[5]
Sebelum Goa Jatijajar dibangun menjadi objek wisata, dahulu dikolola oleh
Juru Kunci. Adapun silsilah Juru Kunci yang pernah mengolola Goa Jatijajar
adalah:
1) Juru
Kunci I : Jayamenawi;
2) Juru
Kunci II : Bangsatirta;
3) Juru
Kunci III : Manreja;
4) Juru
Kunci IV : Jaya Wikrama; dan
5) Juru
Kuncu V : Sandikrama.
Pada tahun 1975 Goa Jatijajar mulai dibangun
dan dikembangkan menjadi objek wisata. Adapun yang mempunyai ide untuk mengembangkan
atau membangun Goa Jatijajar yaitu bapak Suparjo Rustam.
2.3.2
Lokasi Goa
Jatijajar
Goa Jatijajar terletak di desa Jatijajar, kecamatan
Ayah, kabupaten Kebumen, propinsi Jawa Tengah. Goa ini terletak 21 km sebelah
barat daya Kecamatan Gombong. Perlu diketahui bahwa pada zaman dahulu sebagian
dari wilayah kabupatem Kebumen adalah termasuk ke wilayah Kadipaten Pasir Luhur
yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Padjajaran, pusat pemerintahannya di
Bogar (Batu Tulis), Jawa Barat.
2.3.3
Deskripsi
Bangunan Goa Jatijajar
Di dalam Goa Jatijajar
terdapat tujuh sungai atau sendang, tetapi yang dapat dicapai dengan mudah
hanya empat sungai, yaitu:
1)
Sungai Puser Bumi;
2)
Sungai Jombor;
3)
Sungai Mawar; dan
4)
Sungai Kantil.
Sungai Puser Bumi dan Sungai Jombor
memiliki tempat yang masih alami dan masih gelap. Mitosnya air dari sungai
tersebut dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing –
masing. Sedangkan mitos Sungai Mawar, konon jika airnya dipergunakan untuk
mencui muka atau mandi bisa awet muda. Adapun mitos dari Sungai Kantil, jika airnya digunakan mencuci muka atau
mandi, niatnya atau cita – citanya akan mudah tercapai.
Panjang keseluruhan Goa Jatijajar dari pintu masuk hingga pintu keluar
mencapai 250 m. Sedangkan tinggi goa mencapai 12 m, lebarnya 15 m dan ketebalan
langit - langitnya 10 m. Bila diukur dari permukaan laut, tinggi Goa Jatijajar
bisa mencapai 50 m. Goa ini memiliki luas wilayah seluruhnya 5,5 ha. Suhu udara
di dalam goa mencapai 32 oC – 20 oC dengan kelembapan 60
%. Keadaan tanahnya merupakan tahan Kapur atau Karst dan jenis batuan lain yang
terdapat di goa ini yaitu Batu Kapur, Batu Pospat, Batu Cadas, dan Batu Kalsit.
Beberapa faktor alam yang mengakibatkan terjadinya goa – goa di daerah
kapur di antaranya;
1) Karena adanya aliran sungai di bawah
tanah;
2) Karena tekanan endogen dari dalam bumi;
dan
3) Karena abrasi air laut (hal ini terjadi
khusus pada goa pantai).
“Hampir semua batu Kapur terjadi karena kegiatan
organik. Adanya batu Kapur menandakan adanya sisa kehidupan laut seperti karang,
kerang – kerangan serta berbagai hewan dan tumbuhan kecil”.[6]
Dapat pula dinyatakan bahwa goa terbentuk akibat adanya berbagai faktor alam.
Istilah lain menyatakan sebagai pelapukan kimiawi.
“Pelapukan kimiawi adalah batuan yang mengalami
perubahan kimia dengan pertolangan air dan didorong oleh temperatur yang tinggi.
Air yang banyak mengandung CO2dapat dengan mudah melarutkan batu
kapur (CaCO3)”.[7]
“Sungai bawah tanah dapat pula terjadi karena
adanya sungai di permukaan tanah yang masuk kedalan tanah kapur yang membuat
aliran dan rongga di bawah tanah. Dan pada suatu tempat lebih rendah akan
keluar dari tanah kemudian membentuk aliran sungai di permukaan tanah lagi”.[8]
Kalsium karbonat sebagai unsur utama batu – batu kapur dapat mengkristal dalam
dua bentuk, yaitu Kalsit dan Organit. Kedua bentuk kristal ini memiliki susunan
dalam yang berbeda. Reaksi kimia yang terjadi dari percampuran air yang
mengandung karbondioksida dengan kalsium karbonat adalah sebagai berikut:
H2O + CO2 + CaCO3 ® Ca(HCO3)2
air
karbondioksida kalsium karbonat kalsium bikarbonat
Di dalam goa terdapat pula banyak Stalagnit dan
Stalagmit. “Stalagnit adalah kerucut – kerucut kapur yang berada di atap, sedangkan
Stalagmit adalah kerucut – kerucur kapur yang berdiri pada dasar goa,
seringkali Stalagnit dan Stalgmit bergabung membentuk tiang kapur”.[9]
Dapat dikatakan pula bahwa “terjadinya Stalagnit dan Stalagmit yaitu karena
reaksi air hujan dengan kalsiumdioksida dan meninggalkan endapan di langit –
langit goa, yang lama kelamaan membentuk Stalagnit di atas dan Stalagmit di
bawah. Stalagnit maupun Stalagmit adalah hasil reaksi dari kalsiumdioksida
(CaCO2) dengan air (H2O)”.[10]
Goa terdiri atas tiga zona yang berbeda, yaitu
zona dekat mulut goa bagian dalam; zona yang terkena sinar matahari tertentu;
dan zona yang sama sekali gelap. Disetiap zona terdapat jenis kehidupan yang
berbeda – beda. Di Goa Jatijajar hewan yang hidup dibagian luar hingga yang
terkena sinar matahari diantaranya kera, musang, macam – macam burung, ular,
dan landak. Tumbuhan yang terdapat di wilayah ini diantaranya pohon jati, asam,
mahoni, dan snockling. Sedangkan hewan dan tumbuhan yang hidup dibagian dalam
goa terdiri dari kelelawar, burung walet, jangkrik, lebah, salamander dan
beberapa jenis tumbuha yaitu lumut, jenis paku – pakuan, sulfier, dan biconia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa
Jatijajar merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai seni budaya yang
tinggi yang merupakan peninggalan dari kebudayaan yang bercorak Hindu – Budha
yang memiliki pengaruh pada masa lampau dan dapat dijadikan objek wisata
terpenting di Indonesia. Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goa Jatijajar
memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang sangat menarik untuk dikaji,
dielajari, dan dijaga kelestariannya.
3.2
Saran
Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa objek wisata yang ada di
wilayah Jawa Tengah seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Goia
Jatijajar masih perlu dikembangkan dan dilestarikan, karena faktanya setelah
gempa yang menimpa wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, Candi – candi yang
berada di wilayah tersebut menjadi rusak. Kerusajan terparah terjadi pada Candi
Prambanan, Candi Nandi, dan Candi – candi Perwara yang berada pada latar tengah
runtuh rata dengan tanah. Oleh karena itu, sebaiknya proses perenovasian segera
dilakukan. Candi Borobudur walaupun keadaan bangunannya lebih terlihat kokoh dibandingkan
Prambanan, namun bila dilihat secara spesifik banyak sekali bagian bagian candi
yang tidak pada tempatnya, sebaiknya dilakukan kembali candi – candi yang
runtuh. Sementara itu Goa Jatijajar tidak terdapat kerusakan dan keruntuhan
pada dinding dan sekitar Goa. Akan tetapi, tingkat kebersihan dan keamanan pada
objek wisata tersebut perlu di perhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Candi Borobudur. PT. Taman Wisata Candi.
Tlogo Prambanan
Fais, Ali et al. 2003. IPS 2
Kelas 4 SD. Klaten: Intan
Pariwara
Kompleks Percandian Prambanan (Loro Jonggrang) dan Candi – Candi
Sekitarnya.
PT.
Taman Wisata Candi. Tlogo Prambanan
Madhori.
Candi Borobudur
Sepanjang Masa
Rusmin.
1991. Goa Jatijajar. Kebumen: Dinas Perhubungan
dan Kepariwisataan
Staf
Ensiklopedia Nasional Indonesia.
1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia.
Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Syukur, Abdul et al. 2005. E\nsiklopedia
Umum Untuk Pelajar. Jakarta:
PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve
Wardiyatmoko, K. 2004. Biografi SMA Kelas 1. Jakarta: Erlangga
[2]
Abdul Syukur et. al, Ensiklopedia Umum
Untuk Pelajar (Jakarta:
PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2005), hlm. 116.
[3] Ibid.,
hlm. 118.
[4]
Rusmin, Goa Jatijajar (Kebumen: Dinas
Perhubungan dan Kepariwisataan, 1991), hlm. 2.
[5] Ibid.,
hlm. 3.
[6] Staf
Ensiklopedia Nasional, Ensiklopedia
Nasional Indonesia (Jakarta: Cipta Adi Pustaka. 1989), hlm. 3.
[7] K.
Wardiyatmoko, Biografi SMA Kelas 1 (Jakarta: Erlangga, 2004),
hlm. 138.
[8] Rusmin, Op. Cit., hlm. 3.
[9] K.
Wardiyatmoko, Op. Cit., hlm. 183.
[10] Rusmin,
Loc. Cit.,